Kamis, 11 Agustus 2011

Tua-tua Keladi.. Makin Tua Makin Jadi

Baca judulnya, mungkin teman-teman akan berpikir kalau gue menuliskan tentang seseorang. Seorang pria mungkin lebih tepatnya ( ehem.. karena gue seorang perempuan ), yang memasuki usia matang, namun justru di usia nya tersebut, ia semakin bisa berkarya.

Atau mungkin yang terlintas di pikiran teman-teman adalah gue menulis soal seorang pria yang sedang gue kagumi, namun, usianya jauh lebih tua dari gue..??

Jawabannya, salah semua!
Gue memberi judul seperti itu di tulisan ini, adalah untuk memberikan julukan bagi sebuah benda yang sudah hampir 32 tahun menemani hari-hari Papa gue.
Well..
Apa tebakan teman-teman semua??

Sepeda..? SALAH!

Motor..? SALAH!

Kotak musik...? SALAH!

Novel..? SALAH!

Pulpen..? SALAH!

Jam tangan..? SALAH!

Oke.. daripada lama-lama dan justru jadi main tebak-tebakan, lebih baik gue kasih tahu aja apa benda itu sebenarnya. Benda yang usianya lebih tua 12 tahun dari gue. Mungkin kalau benda itu bisa menikah, Papa gue sudah menjadi seorang kakek, yang cucunya adalah dari benda itu.. (Lho kok..?)

=========================================================================
JRENGG JRENGGG JREEEEENG...

Makin penasaran?
Oke.. Gue akan kasih tahu, apa benda itu sebenarnya..
Jawabannya adalah.....

 Yap!
As you can see, all..
Benda yang gue maksud adalah mesin ketik!
Mesin ini cukup memiliki sejarah buat Papa gue.


Kenapa memiliki sejarah..?
Hal itu karena mesin ketik ini sudah menemani Papa saat masih menjadi mahasiswa Fakultas Teknik jurusan Teknik Mesin, di Sekolah Tinggi Teknik, Jakarta.


 Pada saat itu, para mahasiswa masih menggunakan mesin ketik sebagai sarana yang membantu mereka dalam mengerjakan tugas-tugas kuliah. Gak kebayang dong, kalau misalnya di tahun 2011 ini, bikin paper kuliah, mesti kudu wajib pake mesin ketik..?

Papa bilang, mesin ketik ini udah seperti sahabat sendiri. Dari jaman kuliah, ngerjain skripsi, wisuda, mulai kerja, sampai menikah, mesin ketik ini tetap setia ada sama Papa. Ya bukan berarti kemana-mana selalu digotong atau dibawa, tapi, mesin ketik ini selalu dibawa berpindah-pindah. Waktu Papa pindah kost dari Jakarta ke Tangerang, mesin ketik ini dibawa. Waktu udah menikah dan tinggal sama Mama (alias istri Papa), mesin ketik ini dibawa. Pindah rumah waktu tahun 1997, mesin ketik ini selalu dibawa.

Dan..
Gue sendiri baru mulai penasaran soal sejarah mesin ketik ini saat gue berada di bangku kuliah. Awalnya gue pikir, ini mesin ketik biasa. Sempet gue bertanya-tanya, "Kenapa gak beli mesin ketik yang lebih canggih aja, sih, pak..?"

Papa cuma jawab, "Sejarah mesin ketik ini panjang. Jasanya juga banyak. Jadi, ogah ah diganti. Tua-tua gini, mesin ketik Bapak masih kuat."

Well, Okay!
Gue hanya bisa berdecak kagum. Mesin ketik yang Papa beli dengan usaha sendiri di tahun 79, sampai sekarang masih dirawat dengan baik. Dan, setiap kali gue melihat Papa mengerjakan pekerjaan kantornya dengan mesin ketik ini gue tertawa dalam hati.

Bukan berarti gue melihat aneh Papa gue yang masih suka mengerjakan beberapa pekerjaan kantornya dengan mesin ketik, tapi, gue tertawa karena gue serasa melihat sosok Papa gue dimasa kuliahnya. Padahal, usia Papa udah mau memasuki angka 51 tahun di Oktober nanti.


Lihat saja, mesin ketiknya udah berkarat, kan..? Tapi, Papa masih tetap merawat dan mengganti pita mesin ketik itu dengan sepenuh hati. Saat membuat faktur pajak, pasti mesin ketik ini dipakai. 
Tapi..
tetap saja, bagi Papa, mesin ketik ini adalah yang terbaik. Walaupun warna sudah pudar, berkarat, dan modelnya sudah ketinggalan jaman..



Rabu, 10 Agustus 2011

Resimen Mahasiswa dan Paskibra

Inilah kami..
Anggota Resimen Mahasiswa dan Paskibra Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, Jakarta.
KELUARGA BESAR RESIMEN MAHASISWA dan PASKIBRA
UNIKA ATMA JAYA

Bagi sebagian orang, mungkin menganggap kami kaku dan penuh kekejaman. Tapi, pendapat itu salah. Kami dibina dan dididik untuk menjadi pribadi yang disiplin, cekatan, dan tertib. Bukan hal yang mudah tentunya untuk bisa menjadi pribadi yang demikian, tapi, dengan keteguhan hati dan tekad yang bulat, perlahan kami mampu melewati seluruh pendidikan yang ada.

Bermula dengan menjadi junior yang tentu saja akan memulai pendidikan dari nol. Bukan hal yang asing lagi mendengar peraturan bahwa " senior selalu benar ". Namun, para senior kami bukanlah orang-orang yang menggunakan ke-senior-an mereka dengan tidak bertanggung jawab. Mereka membimbing kami - dengan cara yang tegas tentunya - untuk terbiasa dengan berbagai kritikan, perintah, dan tentu saja aturan yang cukup ketat.

Di luar latihan atau markas komando, kami tetaplah mahasiswa biasa dari berbagai angkatan. Kami saling tertawa, bercanda, bertegur sapa, dan tentu saja, menimba ilmu!
Saat di markas komando (singkat saja, mako), kami juga masih bisa bercanda, saling bertukar pikiran, mengobrol santai, dan belajar bersama. Senior-senior disini siap membantu junior yang kesulitan dengan pelajaran mereka. Kami, satu untuk semua, semua untuk satu.

Satu hal yang saya pribadi senang mendengarnya adalah ketika salah satu senior saya mengatakan sebuah pepatah yang berbunyi..
" Jangan tanyakan apa yang telah negara berikan untuk kalian. Tapi, tanyakan apa yang telah kalian berikan untuk negara "
Disiplin tinggi tetap kami junjung. Namun, kekeluargaan dan kebersamaan akan selalu melekat diantara semua anggota Resimen Mahasiswa dan Paskibra UNIKA Atma Jaya, Jakarta.


Haruskah Aku Senang Bisa Mengenal Mereka?

3 orang sahabat yang saling mengenal satu sama lain karena kecintaan nya pada dunia tarik suara dan tergabung dalam sebuah vokal grup mahasiswa se-Jabodetabek. Mereka adalah Paskal, Kinta, dan Brenda. Selain memiliki minat dan tergabung dalam sebuah komunitas yang sama, mereka juga menimba ilmu di universitas yang sama. Tak jarang, mereka bertiga sering menghabiskan waktu bersama-sama. Hampir 2 tahun sudah mereka menjadi sahabat yang saling menopang saat ada yang jatuh, gembira ketika ada yang merasa bahagia, dan ikut merasakan sakit ketika salah satu dari mereka mengalami musibah.

Kebersamaan yang begitu erat, membuat Brenda pada akhirnya merasa jatuh cinta pada Paskal. Bagi Brenda, Paskal bukan hanya seorang mahasiswa Fakultas Hukum yang memiliki tubuh ideal, wajah tampan dengan kulit berwarna sawo matang, suara bass yang membuat Brenda serasa diatas awan saat mendengarnya, dan lesung pipi yang terlihat indah ketika ia melihat Paskal tersenyum. Namun, bagi Brenda, Paskal adalah sosok laki-laki yang ia impikan selama ini untuk menjadi kekasihnya. Sifatnya yang penyayang, ramah, bertanggung jawab, dan bijaksana membuat Brenda merasa nyaman ketika Paskal di dekatnya, mengajaknya berbicara, ataupun saling melontarkan lelucon di waktu senggang.

Lain halnya dengan Brenda yang lebih pemalu dan tertutup, Kinta justru dikenal karena sifatnya yang sangat periang, suara yang agak sedikit cempreng, dan tubuh mungil yang lincah kesana-kemari. Wajahnya yang bulat ditambah dengan kulitnya yang putih serta rambut sebahu hitam pekat, membuat Kinta tidak sulit untuk memikat mata laki-laki di sekitarnya. Lain halnya dengan Brenda yang justru jarang sekali mendapatkan perhatian khusus dari laki-laki yang baru dikenalnya. Hal inilah yang terkadang membuat Brenda sedikit merasa iri dengan Kinta. Namun, Brenda tidak pernah membenci Kinta. Ia justru menganggap Kinta sebagai adik dan tentu saja sahabat karibnya.

Suatu hari, saat istirahat dalam sebuah gladiresik untuk acara konser tahunan, Kinta mengajak Brenda keluar dari auditorium, mengajaknya duduk di bangku taman yang ada di belakang auditorium dan Kinta mulai berbincang-bincang.
Kinta : Nda, hemm.. gue mau cerita deh sama lo. 
Brenda : Cerita apaan? cerita aja lagi.. 
Kinta : Tapi, lo mesti janji jaga rahasia ini ya..  
Brenda : Iya.. apaan sih..? (tanya Brenda heran sambil meminum air putih dari botol minumnya) 
Kinta : Oke.. lo udah janji nih.. Gue gak mau rahasia ini bocor ke anak-anak lain. Soalnya, lo    sangat amat kenal sama orang yang bakal gue ceritain. 
Brenda : Hemm.. sapa sih..? makin bikin penasaran aja deh lo.. hehehe 
Kinta : Tentang Kak Paskal. (sambil tersenyum) 
Brenda : Kak Paskal..? Kenapa dia..? 
Kinta : Iyaaa.. Hemm.. Dia, dia.. Dia bilang dia suka sama gue, Nda.. (katanya sambil menutupi wajahnya dengan tangan, memberi isyarat ia bahagia namun tersipu malu) 
Brenda : (kaget namun berusaha tenang) Ooh.. Oke.. Kapan dia bilangnya? 
Kinta : Iya.. Jadi gini ceritanya.. Gue ceritain yaa..

=========================================================================
2 minggu yang lalu..
Selama perjalanan menuju Jakarta dari Jogja, Kinta mengatakan bahwa ia melakukan kontak dengan Paskal melalui BBM. Awalnya, Paskal hanya bercerita soal latihan Vocal Grup yang dalam minggu ini diadakan setiap hari untuk persiapan konser tahunan, sekaligus perayaan ulang tahun kelompok ini yang ke-10. Namun, dikarenakan ada urusan keluarga, Kinta meminta ijin selama 4 hari tidak mengikuti latihan. Selama 4 hari berada di Jogja, ia selalu melakukan kontak dengan Paskal. Dari cerita biasa seputar latihan, mereka saling bercerita soal kegiatan lain mereka, dan akhirnya pertanyaan-pertanyaan yang menyiratkan perhatian mulai saling mereka lemparkan.
" Kamu udah makan? "
" Emangnya kamu gak capek seharian ada di nikahan sepupu? "
" Yaudah, kamu tidur ya Kinta. Ini kan udah malem.. Besok pagi kamu mesti bangun jam 5 buat di make-up.. Jaga kesehatan ya Kinta.. Kakak disini doain kamu kok :)"

Kira-kira seperti itulah gambaran pesan yang dikirimkan Paskal untuk Kinta. Sampai akhirnya... Sebuah pesan yang cukup mengagetkan Kinta muncul saat ia dalam perjalanan menuju Jakarta menggunakan kereta. Pesan melalui BBM yang disampaikan oleh Paskal. Begini isinya :
" Kintaaaa.. Kamu baik2 aja kan? Maaf tadi, aku ketiduran.. Well, boleh aku meluk kamu nanti saat kamu duah sampai Jakarta?? Lusa kamu latian kan? Besok kamu isitirahat aja dulu.." 
Bingung ingin menjawab apa, Kinta akhirnya memutuskan untuk tidak membalas pesan yang ia terima dari Paskal. Ia butuh waktu untuk menyerap kata-kata yang baru saja ia baca. Ia juga butuh waktu untuk mencari jawaban yang tepat. Akhirnya, setelah 10 menit terdiam, Kinta menjawab :
" Hehehe.. Baik-baik aja kak.. Aku latian kok lusa.. Besok juga udah latian kok.. hehhe. Meluk aku..? Knapa kak..? Tanda persahabatan, kah? "
Tak lama berselang, Paskal membalas :
" Bsok kamu latian?? Asiik.. Jadi semangat aku.. :) Well, bukan persahabatan. Tapi, sebagai tanda kasih sayang.. Btw, besok aku jemput kamu latian ya.. Jam 4 sore aku ke rumah kamu, oke..?" 
" eh?? Tanda kasih sayang apa nih maksudnya kak? Oh boleh boleh.. Sekalian jemput Brenda aja kak.. Kan searah.. :) " 
" Ya.. karna aku sayang kamu.. Hahaha. Jadi malu aku.. Yaudah, habis jemput kamu, kita bareng-bareng jemput Brenda ya.."

Seperti itulah percakapan antara Kinta dan Paskal yang pada akhirnya membuat mereka lebih dekat (dekat bukan hanya sebagai sahabat ). Kinta sendiri tidak memberi isyarat lampu merah terhadap perhatian dan sikap Paskal.

Hari-hari berlalu. Persiapan konser pun semakin matang. Kali ini, Kinta berangkat untuk latihan tidak naik bis seperti biasa. Tetapi, dengan rasa bahagia bercampur gugup, ia pergi bersama Paskal - sosok lelaki yang saat ini memperhatikannya sepenuh hati-. Sekali, dua kali, Kinta pergi dan pulang bersama Paskal. Namun, pada akhirnya...........


(bersambung..)

Senin, 08 Agustus 2011

Kumpulan Note dari Yohannes

Well..
Seperti yang pernah gue cerita sebelumnya di blog ini http://ceritaharian-sarahachilles.blogspot.com/2011/07/happy-blast-birthday-yo-d.html

Yohannes Agatha Engel.. Panggil aja "YO" deh ya, biar lebih akrab dan terkesan santai.. :)
He's a kind of good poem writer..
Gak percaya..??


Check this out.. 

Tak ada yang bisa
sabar sepertimu
Menghadapi aku
yang sibuk terlalu
Kau mampu menunggu
Di saat yang lain
pun pergi dariku
Kau sanggup bertahan
Di saat yang lain
berhenti berjalan
Bodohnya diriku
yang tak bisa peka
Ku yang tak memahami perasaanmu
Maafkanlah aku
yang tak pernah tahu
Kau mencintaiku sedalam samud'ra
Tak ada yang bisa sepertimu
Menyentuh lembut hasrat hatiku
                    YYAE-3 Agustus 2011
Dipersembahkan untuk semua orang yang pernah meninggalkan orang yang dia cintai hanya untuk berpaling dan mendua. Setelah dia berkelana, menempuh banyak perjalanan cinta dan berhenti di banyak halte rindu. Tanpa dia sadari bahwa yang paling baik dan yang paling setia adalah orang yang pernah ditinggalkannya itu. Cintai seseorang dengan hati dan pikiranmu, buat dia merasa bangga telah memilikimu dan buat dia percaya bahwa hanya kamu yang paling bisa memahaminya. Karena penyesalan itu adalah sia-sia dan tak akan ada artinya.


Itu salah satu hasil karya Yo yang baru kemarin di-tag ke facebook gue..
Jujur, gue emang bukan orang yang pandai mendalami makna dari sebuah puisi. Tapi, menurut gue, kata-katanya bagus.. :) dan di Facebook, setiap kali tulisan dia di post, yang like jumlahnya selalu lebih dari 10 orang.. Bisa jadi suka tulisannya, atau suka sama penulisnya..? who knows.. :p


oke..
Kita coba baca puisi nya yang lain.. here we go..

Biar malam kan berganti
Dan rembulan tak selalu ada
Aku tak pernah pejamkan mata
Sebelum menunggu lelahku tiba
Kadang hidup tak berarti
Penyesalan adalah akhirnya
Serumit aku menulis di bara
Lelahnya menunggu harapku nyata
Tak kan ku menyerah dan berhenti
Ini waktu terbaik untuk ku lalui
Tak kan ragu ku melangkah lagi
Mantapkan visi dan bangun percaya diri
Aku kuat karna-Mu, Tuhan
Aku tangguh bersama-Mu
Semua yang kucinta kan tinggalkan aku
Yang tersisa dari hidupku nanti
Hanyalah baik dan buruk tentang diriku
Bertabur pujian dan caci maki
Tak kan ku menyerah dan berhenti
Ini waktu terhebat untuk ku arungi
Tak kan resahku membunuh lagi
Baitan misi dan rajut asa sendiri
Aku kuat karna-Mu, Tuhan
Aku tangguh bersama-Mu
-YAE-31 Juli 2011

See..??
Bagus kan..?
Mungkin gue secara pribadi gak bisa mendalami makna puisi itu. Tapi, gue suka kata-kata yang sering kali menyentuh batin gue saat membacanya. Dan waktu itu di tulisan gue sebelumnya, gue bilang kalo pusinya hanya seputar cinta dan cinta. Ternyata, cinta disini bukan hanya cinta antara cewek dan cowok, tapi, bisa juga cinta orang tua ke anak, cinta manusia ke Tuhan..

Satu lagi nih note nya Yo yang dia tulis sehari sebelum dia ulang tahun.. Sama-sama kita baca yuk.. :)
One Day Before Tomorrow. 
-Hanya Renungan-
Mungkin aku dapat merangkai kata-kata indah dan bersahaja untuk seseorang atau siapapun yang menjadi inspirasiku.
 
Tapi jujur, aku tak bisa menulis puisi untuk diriku sendiri. Bahkan di saat menjelang hari bahagiaku. Aku tidak tahu mengapa. Setiap aku hendak menulis sebuah kata, maka kata yang lain seperti tersedak di pikiranku. Ibarat air yang tak mau mengalir karna terhalang bebatuan.

Aku coba lagi merangkai kata demi kata. Yang ada makin kebuntuan yang aku rasa. Why? I don't know.
Kuhela nafas, dan berharap ada kata ajaib yang mampir di benakku untuk mengawali penulisan kata ini. But, 1 second, 2 second, third second, ten minutes, fivety minuts, one hour, and... Aku hanya diam, tak mampu menulis.
Sudah berapa lama aku mematung disini, sambil mendengarkan lagu Shania Twain, From This Moment, yang aku dengar saat Training Management Level sore tadi di Kantor. Lagu ini begitu menarik, aku langsung mencarinya saat pulang tadi.

Aku bahkan tidak punya inspirasi untuk diriku sendiri. Ada yang bilang dalam Puisi itu ada teorinya, ada yang bertanya padaku tentang majas dalam puisi. Ada yang bilang kata-kata dalam puisiku terlalu berulang, seperti bukan puisi. Mungkin dia dan mereka benar, puisi itu harus ada teorinya.
Buatku puisi itu bebas, tak terikat ruang dan waktu apalagi teori. Puisi itu lahir dari saat kau membuka mata dan sampai kau menutup mata. Dari saat kau menghela nafas sampai kau menghembuskannya. Dari saat kau temukan sebuah inspirasi, sebuah moment, sebuah kata ajaib untuk memulainya, dan sebuah rasa yang tulus untuk merangkainya.
 
Itu puisi buatku, tak butuh sejuta teori untuk melahirkan puisi. Aku hanya butuh sentuhan magic di jemariku yang mengalirkan sinyal membakar otakku dan seluruh tubuhku akan bergetar saat menulisnya, lalu lahirlah sebuah kata. Kata untuk memulai puisi yang akan ku tulis. Mungkin bagi banyak orang ini berlebihan, tapi buatku ini berkurangan, karna puisiku miskin teori, hanya kaya perasaan. Itulah mengapa aku tak pernah tahu berapa banyak puisi sudah kugubah, berapa juta kata telah kurakit, aku tak pernah hafal apa yang sudah ku tulis, bahkan aku bisa lupa bahwa aku pernah menulis puisi seindah ini, itu, dan yang lalu. Yang aku tahu, puisi itu lahir dan biarkan dia bebas sebagaimana dia tercipta. So, ketika ada yang mengakui tulisan puisiku adalah hasil karyanya, aku tak pernah peduli. Just smile dan forget it, aku masih bisa menulis lagi bukan habis disitu. 
Kali ini satu kata pun tak terlahir, aku butuh satu kata saja untuk memulai puisi ini...-JeremiahB1608CFO-


Well..
Itulah beberapa hasil karya Yo yang sebenarnya buanyaaaaak banget tulisan yang udah dia buat..


Dan gue sengaja membuat tulisan ini sebagai bentuk terima kasih gue karena hampir selalu mendapatkan tulisan dia di Facebook.. 


Satu pesan gue buat dia adalah : Keep Writing.. :)


MAAF mas, Saya Gak Punya Kembalian

Sore-sore..
Gue iseng buka Kaskus..
Trus, asik aja nongkrong di Lounge, baca-baca thread hasil karya Kaskuser..
Eh, nemuin tulisan ini..

Silahkan baca, baru di comment..


Cuaca hari ini sangat sangat panas. Mbah Sarno terus mengayuh sepeda tuanya menyisir jalan perumahan Condong Catur demi menyambung hidup. Mbah Sarno sudah puluhan tahun berprofesi sebagai tukang sol sepatu keliling. Jika orang lain mungkin berfikir “Mau nonton apa saya malam ini?”, Mbah Sarno cuma bisa berfikir “saya bisa makan atau nggak malam ini?”

Di tengah cuaca panas seperti ini pun terasa sangat sulit baginya untuk mendapatkan pelanggan. Bagi Mbah Sarno, setiap hari adalah hari kerja. Dimana ada peluang untuk menghasilkan rupiah, disitu dia akan terus berusaha. Hebatnya, beliau adalah orang yang sangat jujur. Meskipun miskin, tak pernah sekalipun ia mengambil hak orang lain.

Jam 11, saat tiba di depan sebuah rumah mewah di ujung gang, diapun akhirnya mendapat pelanggan pertamanya hari ini. Seorang pemuda usia 20 tahunan, terlihat sangat terburu-buru.

Ketika Mbah Sarno menampal sepatunya yang bolong, ia terus menerus melihat jam. Karena pekerjaan ini sudah digelutinya bertahun-tahun, dalam waktu singkat pun ia berhasil menyelesaikan pekerjaannya.

“Wah cepat sekali. Berapa pak?”

“5000 rupiah mas”

Sang pemuda pun mengeluarkan uang seratus ribuan dari dompetnya. Mbah Sarno jelas kaget dan tentu ia tidak punya uang kembalian sama sekali apalagi sang pemuda ini adalah pelanggan pertamanya hari ini.

“Wah mas gak ada uang pas ya?”

“Nggak ada pak, uang saya tinggal selembar ini, belum dipecah pak”

“Maaf Mas, saya nggak punya uang kembalian”

“Waduh repot juga kalo gitu. Ya sudah saya cari dulu sebentar pak ke warung depan”

“Udah mas nggak usah repot-repot. Mas bawa dulu saja. Saya perhatikan mas lagi buru-buru. Lain waktu saja mas kalau kita ketemu lagi.”

“Oh syukurlah kalo gitu. Ya sudah makasih ya pak.”


======================================================================

Jam demi jam berlalu dan tampaknya ini hari yang tidak menguntungkan bagi Mbah Sarno. Dia cuma mendapatkan 1 pelanggan dan itupun belum membayar. Ia terus menanamkan dalam hatinya, “Ikhlas. Insya Allah akan dapat gantinya.”

Waktu menunjukkan pukul 3 lebih ia pun menyempatkan diri shalat Ashar di masjid depan lapangan bola sekolah. Selesai shalat ia berdoa.

“Ya Allah, izinkan aku mencicipi secuil rezekimu hari ini. Hari ini aku akan terus berusaha, selebihnya adalah kehendakMu.”

Selesai berdoa panjang, ia pun bangkit untuk melanjutkan pekerjaannya.

Saat ia akan menuju sepedanya, ia kaget karena pemuda yang tadi siang menjadi pelanggannya telah menunggu di samping sepedanya.

“Wah kebetulan kita ketemu disini, Pak. Ini bayaran yang tadi siang pak.”

Kali ini pemuda tadi tetap mengeluarkan uang seratus ribuan. Tidak hanya selembar, tapi 5 lembar.

“Loh loh mas? Ini mas belum mecahin uang ya? Maaf mas saya masih belum punya kembalian. Ini juga kok 5 lembar mas. Ini nggak salah ngambil mas?”

“Sudah pak, terima saja. Kembaliannya, sudah saya terima tadi, pak. Hari ini saya tes wawancara. Telat 5 menit saja saya sudah gagal pak. Untung bapak membiarkan saya pergi dulu. Insya Allah minggu depan saya berangkat ke Prancis pak. Saya mohon doanya pak”

“Tapi ini terlalu banyak mas”

“Saya bayar sol sepatu cuma Rp 5000 pak. Sisanya untuk membayar kesuksesan saya hari ini dan keikhlasan bapak hari ini.”

==================================================================================

Tuhan punya cara tersendiri dalam menolong hamba-hambaNya yang mau berusaha dalam kesulitannya. Dan kita tidak akan pernah tahu kapan pertolongan itu tiba.

Keikhlasan akan dibalas dengan keindahan.

Kesuksesan akan menyertai keikhlasan dan rasa syukur.
 

Courtesy Friendly Neighborhood,

Dwindy Stanza


Yap..
Mengharukan bukan..?
Jujur, gue tersentuh baca cerita yang dibuat oleh Dwindy Stanza 
Entah cerita ini fiktif atau nyata, yang pasti, nilai moral yang terkandung di dalamnya besar sekali..
Tidak pernah salah bagi kita untuk mau memberi dengan ikhlas..
Karena, cepat atau lambat, Tuhan akan membalas kebaikan kita..

:D