Kamis, 02 Februari 2012

Bunga yang (tidak) Semerbak Harumnya

Sebut saja namaku Bunga. Meskipun bukan nama sebenarnya, tapi, aku suka dipanggil Bunga. Usia ku 18 tahun dan status ku adalah mahasiswi. Tahun 2012 merupakan tahun pertama ku untuk kuliah dan jurusan yang aku pilih adalah Teknik Arsitektur.

Ini adalah kisahku. Kisah yang membuat hidupku berubah 100% dari normal menjadi abnormal.

==============================================================

Aku merasa sangat lelah setelah seharian menjalani tugasku dalam sebuah project. Sejak pagi, aku sudah harus tiba di kampus, kemudian melakukan perjalanan bersama seluruh teman-teman panitia dan peserta menuju sebuah panti asuhan di Bogor, dan menjalani kegiatan sesuai rundown yang telah dirancang.
Aku langsung pulang ketika acara di Panti Asuhan tersebut selesai.

Masih ada satu acara lagi yang harus aku hadiri, yaitu perayaan ulang tahun pernikahan kakak dari ibuku yang ke-25. Tidak cukup waktu untuk aku pulang kemudian bersiap-siap ke perayaan tersebut. Jadi, aku minta ibu dan adikku untuk membawa baju, sepatu, dan peralatan make-up ke dalam mobil.

Aku janjian dengan adikku di depan gerbang sebuah perumahan. Aku menggunakan bis dari bogor, lalu, untuk mempersingkat waktu dan menghindari hujan, ibu dan adik menjemputku. Di dalam mobil, entah kenapa,adik dan ibuku memberi reaksi yang tidak menyenangkan saat aku masuk.

Secara terang-terangan, Ibuku mengatakan, "Keringet kamu bau banget sih Kak?". Sontak, aku kaget dan berusaha mengalihkan pembicaraan dan menanggapi pertanyaan tersebut tanpa basa-basi. "Gak pake deodoran tadi", jawabku.

Tidak hanya ibuku yang beberapa kali menutup hidung, adikku pun bereaksi sama. Ia beberapa kali membuang nafas dengan agak lebay dan menahan kembali setelah mengambil nafas dengan mulutnya. Lalu, ia membuka jendela mobil. Mengibaskan tangannya, seolah-oleh mengusir bau apek yang ada di dalam mobil.

Aku pun mulai merasa terganggu. Lalu, aku (yang duduk di belakang), berusaha untuk menutupi bau tersebut dengan parfum yang aku bawa. Membuka jaketku dan aku ambil sapu tangan lalu aku lap keringat di leher, tangan, seta tengkukku.

Namun, semu tidak memberi dampak yang baik. Buktinya, adik ku yang saat itu menyetir tetap saja merasa terganggu. Ia bahkan sampai mengatakan, "Bau bener sih.." Meskipun terdengar seperti pendapat yang tidak ditujukan pada siapapun, aku merasa tersinggung. Sangat tersinggung!

Aku hanya diam. Merasa seperti orang asing, padahal dua orang di depan ku saat ini adalah keluargaku. Setiap hari bertemu, bercakap-cakap, dan bahkan (harusnya) mengenal bau badanku. Aku langsung ciut. Aku merasa seperti orang bodoh.

Sampai akhirnya, kami pun tiba di tempat yang dituju. Tanpa banyak komentar, aku menuju kamar mandi dan segera berganti pakaian. Tidak lupa, aku lap beberapa bagian tubuh, agak lebih segar. Selesai ganti baju, kupoles wajah ku dengan make-up. Bedak, blush on, eye shadow, eye liner, dan lipstik selesai aku pakai. Aku pun langsung menuju ke keluarga besarku yang sudah berkumpul.

Aku, berusaha menutupi kesedihanku. Aku tampilkan senyum terbaikku. Bertingkah seolah-olah semua baik-baik saja. Fake smile always make me suffer..

Beberapa hari kemudian..

Entah kenapa, aku menjadi takut berada di antara kerumunan banyak orang, termasuk teman-temanku sendiri. Aku menjadi lebih sensitif dengan tindakan orang lain di dekatku. Pikiran buruk datang saat orang yang berada di sekitar ku memegang atau mengusap hidungnya.

Semua itu semakin membuatku tidak nyaman. Aku pun menjadi pribadi yang cenderung tertutup sekarang. Aku lebih memilih untuk menghindari kerumunan. Aku memilih untuk diam tinggal di rumah daripada pergi bersama teman-teman.

Hari berganti hari, minggu berganti minggu. Bulan pun juga berganti. Tak terasa, kini, di penghujung tahun, aku harus melewati tahun baru di tempat yang tak biasa. Ya, di sebuah bangsal.

=============================================================

"TIDAAAAAAAAK!!! PERGI KAMU! PERGI KAMU! PEREMPUAN BAU BUSUK!!!"

Mendengar teriakan tersebut, semua suster berlari ke arah bangsal nomor 13. Mereka mendapatinya tengah meringkuk di pojok ruangan. Sorot mata nya kosong dan ia menggigil kedinginan. Para suster akhirnya berusaha mengangkatnya dan membaringkan di tempat tidur.

Ketika seorang suster hendak menyuntikkan obat penenang, ia mengamuk lagi. "Pergi kamu!!! Aku tidak gila!! Aku waras! Aku, bukan perempuan yang bau busuk! Aku wangi!!!!!" Ia berteriak sambil mengobrak-abrik tempat tidurnya. Di tengah amukan, muncul sosok pria yang selama ini merawatnya.

"Dokter, bagaimana ini?" tanya seorang suster.
"Biar saya yang ambil alih" jawab dokter tersebut. Dokter kejiwaan yang juga merupakan kakak sepupunya.

"Safir, aku gak gila! Aku hanya takut! Aku terus dibayang-bayangi ketakutan akan semua ini. Apa badanku busuk?" tanya nya, pelan.

"Bunga.." Jawab dokter itu, yang ternyata bernama Safir.

"Safir,dengar! Aku tidak mau diberi obat apapun. Aku hanya ingin, kamu ke rumahku dan sampaikan pada keluargaku. Aku tidak mau lagi mereka mengunjungi ku!!!"

=======================================================================

Ya, kini, Bunga terpaksa berada dalam kurungan sebuah bangsal rumah sakit jiwa. Ia merasa depresi. Ketakutan akan bau badannya membuat Bunga mengisolasi diri dari dunia luar. Kini, semua terlambat. Bunga, yang tak semerbak harumnya, sudah tidak mau lagi bertemu dengan keluarganya. Ia merasa semua ini salah mereka dan Bunga tidak bisa memaafkannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar