Senin, 19 Maret 2012

I Will Never Forget This Day!

19 MARET 2012

Aktivitas rutin : bangun pagi, berangkat ke kampus naik bis, ngejalanin serangkaian kegiatan kuliah, lalu pulang. Itu yang normal.

Tapi, beda dengan hari ini. Penuh ke-hectic-an, emosi, dan ya, cukup melelahkan.

sumber : lootvy.blogdetik.com
Well, dimulai dari gue bangun tidur di jam 05.15. Jujur, ini kesiangan! Gue seharusnya jam 05.30 udah cabut ke kampus. Tapi, gue malahan baru siap-siap. Alhasil, gue baru berangkat jam 06.00 dan jaminan 100% gue telat untuk ikut kelas jam 07.00 *sigh*

Di bis, gue terlihat diem dan tenang-tenang aja. Tapi, dalam hati, gue teriak-teriak. Dari mulai berusaha untuk tenang sambil nge-batin, "tenang.. tenang.. lo ga telat.." sampe , "anjir nih jalanan! Jakarta emang deh ya bener-bener kalo hari Senin!" Wah, gue udah panik minta ampun. Secara, gue mesti kelas jam 7, tapi jam 6.45, gue masih di Kebun Jeruk. Kalau lancar sih mending. Ini macet, ngadet, tersendat, whatever deh.. Intinya : bis gak gerak!

Sampe juga gue di kampus jam 07.35. Gue pun dilema. Mau nekat masuk atau anteng aja di depan kelas dan nanti kumpulin tugas (yang udah gue kerjain ampe begadang) pas kelas udah bubar? Gue bener-bener dilema. Ga boong. Tapi..... Tuhan beneran baik! Gue ada temen yang terlambat juga! yihaaaaa..! 2 orang pula.

Akhirnya, gue dan 2 orang temen gue nekat masuk kelas dengan catatan : tidak diabsen! Biarin lah, yang penting dapet ilmu nya.. (cieee! gaya..:p)

Kelas pun berjalan seperti biasa. Penjelasan dosen, tanya jawab, aktivitas kerja kelompok, dan diskusi. Jam 10.30 kelas bubar dan gue gak langsung pulang karena masih ada beberapa urusan yang mesti dikerjain. Gue sempetin buat makan dulu. Secara dari pagi gue belum sarapan dan gak bawa bekal juga. Jadilah gue beli makanan di koperasi kampus.

Jam 1 siang gue pun pulang. Ah, senangnya! Setelah seharian panik dan emosi, akhirnya gue bisa santai di bis. Menikmati pemandangan di sepanjang perjalanan pulang. Meskipun, pemandangan yang gue lihat ga berubah dari dua tahun lalu gue bolak-balik Jakarta-Tangerang. Hahahaha. Tapi, tetep aja, gue menikmati pemandangan itu. Jakarta dengan segala ceritanya.

sumber : foodholic.wordprss.com
Sampai di tempat gue biasanya turun dan menitipkan motor, tiba-tiba perut gue keroncongan. Cacing-cacing mulai konser minta makan. Gue liat di sekitar lokasi gue berdiri, cuma ada tukang mie ayam. Akhirnya, tanpa pikir panjang, gue putuskan ngaso sebentar sambil nikmatin semangkok mie ayam.

Cuaca udah mulai mendung sebenarnya sejak gue naik bis dari terminal Blok M. Tapi, gue gak ada firasat apa-apa. Gue asyik aja makan. Sampai akhirnya, di tengah-tengah makan, hujan turun! Gak pake rintik-rintik, tapi langsung gede! Byuuuuuur!! Analogi nya nih kayak air yang keluar dari keran.

Gue masih coba santai, walaupun tukang mie ayam udah ketar-ketir karena anginnya bikin tenda tempat dia jualan hampir terbang. Pada bisa bayangin kan kayak apa anginnya? Disitu lama-lama gue mulai ga bisa santai. Gue ikutan panik. Kacamata gue mulai basah, pandangan pun kabur. Jaket gue ikutan basah, tas, celana, sepatu semua nya ga ada yang kering.

Wah, yang paling parah ini. Makanan gue, semangkok mie ayam plus pangsit, ikutan basah! Bayangin deh ya, makan mie ayam kuahnya kecampur air ujan. Rasanya meeeeen kaga karuan! Fyuuuuh..

Kira-kira gue habisin waktu hampir 45 menit di tenda mie ayam, bersama si abang yang jual dan 1 orang pembeli yang duduk di sebelah gue. Gue nge-deprok aja disitu sambil ngelap muka pake sapu tangan. Gue ajak ngobrol aja si abang mie ayam. Ngobrolin dagangannya, keluarganya, sampe sejarah dia jualan mie ayam. Pas hujan udah mulai reda, gue pun pamit sama si abang penjual mie ayam. Gue jalan ke tempat gue nitipin motor.

sumber : kaskus.us
Disini, bisa dibilang, cobaan dateng lagi. Ga biasanya, yang jaga motor ngerasa keberatan dorong motor gue. Tiba-tiba dia bilang, "wah, bocor ini neng ban motornya". Jegeeeer!!!!! Gue berasa kesamber kilat (oke, ini lebay). Itu berarti gue ga bisa langsung balik.

Alhasil, dengan sedikit angin dari pompa si tukang jaga motor, gue bawa motor vario kesayangan gue sampe tempat tambal ban. Disana, banyak abang-abang warga kampung sekitar. Gue antara mau dan gak mau buat nambal disana. Tapi, gue pikir, udah lah daripada gue dorong sampe rumah. Akhirnya, gue parkir disitu dan minta tambal ban motor belakang.

Selama nunggu tambalan selesai, si abang-abang yang usianya hampir sama kayak gue dan jumlahnya ada 6 orang itu saling bercanda. Gue ikut terbawa suasana. Mereka bawa suasana "hidup". Bercanda nya pun gak norak dan kampungan. Makanya, gak berasa, ban motor gue udah selesai di tambal. Selesai bayar, gue langsung pulang.

**** 

Sampai di rumah, gue coba refleksi diri dan kejadian yang baru aja gue alami. Emang sih, gue bener-bener ngalamin ke-sial-an hari ini. Dan, gue hadapi ini sendirian. Tapi, ada hal yang jadi pelajaran berharga dari kejadian ini. Gue belajar untuk berinteraksi. Interaksi dengan warga sekitar yang udah lama menetap disana, hampir 3 atau bahkan 4 generasi mungkin. Bukan hal yang mudah juga untuk menjaga diri tetep "low profile" saat interaksi sama mereka. Dan,lewat kejadian ini gue balajar.

Jadi, selalu ada hikmah dibalik setiap kejadian, kan?

Rabu, 07 Maret 2012

CERMIN

Aku benci cermin. Sangat membencinya.
Aku heran dengan para gadis lainnya yang seusia dengan ku. Mengapa mereka senang sekali bercermin? Menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk memoles wajah mereka dengan make-up tebal yang menurutku lebih cocok disebut dempul.

Aku benci cermin. Sangat membencinya.
Orang pasti bertanya mengapa aku (yang adalah seorang perempuan) sangat membenci cermin.
Aku malas untuk menceritakannya. Karena, aku pernah dianggap aneh bahkan gila saat menceritakan alasannya. Lebih baik aku diam.

Aku benci cermin. Sangat membencinya.
Wajahku tidak cantik. Kulitku hitam legam. Hidungku pesek dengan tahi lalat besar di tengahnya. Alisku tipis, namun bibirku tebal. Aku sering dihina. Aku sering jadi bahan cemoohan banyak orang, termasuk teman-teman di sekolahku. Ya, akulah si gadis buruk rupa.

Aku benci cermin. Sangat membencinya.
Dua tahun lalu, aku mencoba bunuh diri karena sudah tidak tahan dihina. Aku pecahkan cermin yang ada di meja rias kamarku. Aku ambil satu pecahan, lalu aku sayatkan ke nadiku. Aku lihat darah segar mengalir dari lengan kiri ku. Aku mulai hilang kesadaran, pandangan ku pun mulai kabur. Samar-samar aku mendnegar suara Emak. Memanggil namaku, berlari ke arahku, dan ya... aku tidak tahu lagi apa yang terjadi kemudian..

Aku benci cermin. Sangat membencinya.
Itulah alasanku membenci cermin. Kini, lengan sebelah kiriku harus mengalami kecacatan. Infeksi membuat lenganku harus diamputasi. Aku, sudah buruk rupa, cacat pula. Siapa yang mau berteman denganku? Tidak ada!!! Tiap malam aku bercakap dengan bulan dan bintang. Aku mau seindah mereka. Tapi, semua sia-sia. Karena, aku terlahir dengan keadaan seperti ini. Tak punya kecantikan dan keindahan, bahkan teman pun tidak. Hanya sendiri aku di bangsal ini. Sesekali dokter dan suster masuk, hanya untuk mengecek keadaan ku.

Aku benci cermin. Sangat membencinya.
Jauhkan cermin dari diriku. Atau, jika kamu nekat memberikan cermin padaku, akan kusulap hidup mu menjadi seperti aku.

Jumat, 02 Maret 2012

Ya! Aku (mencoba) Bahagia :)

Bosan sebenarnya aku untuk menulis tentang dirinya.
Tidak memberikan kepastian untuk perasaan ku padanya. Aku membatin, "oh, jadi begini rasanya 'digantung'..?"

Sebagai manusia yang percaya bahwa semua terjadi atas kehendakNya, aku berdoa supaya ada kejelasan antara aku dan dia. Aku bosan menunggu sesuatu yang tak pasti. Tunjukkan aku jalan ya Tuhan jika ia yang terbaik untukku. Namun, jika bukan, biarlah aku bisa melupakannya tanpa harus membencinya.

Tuhan pun mendengar doaku. Aku akhirnya tahu bahwa semua hanya harapan palsu. Sedih memang. Ingin rasanya aku marah. Tapi, aku tak kuasa. Siapa aku, bisa memarahi nya atas rasa kesal ini? Hei! Aku bukan siapa-siapa nya. Hanya seorang perempuan yang menaruh harap pada seorang lelaki, namun semuanya sirna karena sang lelaki telah pindah ke lain hati.

Tidak pernah aku diperlakukan seperti ini. "Digantung" selama hampir satu tahun. Tak pernah ada kejelasan status. Aku mau memberi perhatian lebih, takut kalau dikira agresif. Cuek-cuek saja, dia pun bertanya dan agak curiga. Serba salah, bukan?

Desember, 2011.
Aku pun akhirnya tahu bahwa ia kini sudah tak lagi sendiri. Sudah menemukan seseorang yang menurutnya paling cantik di dunia ini. Aku tidak tahu kapan mereka saling penjajakan, lalu mulai dekat dan saling memberi perhatian. Aku pun berasumsi, bahwa selama aku "digantung', ia juga dekat dengan perempuan ini.

Tak tahan rasanya melihat update status facebook milik lelaki ini di home facebook ku. Semuanya tentang rasa kangen dan cinta nya pada sang pujaan hati, yang katanya sudah membuat dunia nya lebih berwarna. Ada rasa cemburu yang seringkali membakar hati ku saat membaca dan melihat semua itu.
Aku pun sampai pada titik kekesalan yang jika diukur dengan termometer, mungkin sudah mencapai angka 100 derajat Celcius. Aku akhirnya me-remove dia dari daftar teman di Facebook. Dan sepertinya, ia sudah mengetahui hal tersebut.

Meksipun kesal dan emosi sudah mencaoai ubun-ubun, di sisi lain aku coba memandang hal ini sebagai sebuah pembelajaraan berharga tentang perasaaan. Tak boleh aku terlalu berharap pada seseorang untuk membalas cintaku. Lalu, Tuhan pasti punya rencana indah. Lewat kejadian ini, aku menyimpulkan, dia bukanlah yang terbaik untukku. Aku pun bukan yang terbaik untuknya. Jadi, lebih baik menjadi teman saja.

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Untuk seseorang yang disana..
Kita mungkin tidak bisa jadi satu.
Kita lebih baik berteman.
Tapi, jauh di dalam hati, aku masih sayang sama kamu.

"... Never mind I'll find someone like you.. I wish nothing but the best for you.. Don't forget me, I beg.." (Adele - Someone Like You)