Rabu, 07 Maret 2012

CERMIN

Aku benci cermin. Sangat membencinya.
Aku heran dengan para gadis lainnya yang seusia dengan ku. Mengapa mereka senang sekali bercermin? Menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk memoles wajah mereka dengan make-up tebal yang menurutku lebih cocok disebut dempul.

Aku benci cermin. Sangat membencinya.
Orang pasti bertanya mengapa aku (yang adalah seorang perempuan) sangat membenci cermin.
Aku malas untuk menceritakannya. Karena, aku pernah dianggap aneh bahkan gila saat menceritakan alasannya. Lebih baik aku diam.

Aku benci cermin. Sangat membencinya.
Wajahku tidak cantik. Kulitku hitam legam. Hidungku pesek dengan tahi lalat besar di tengahnya. Alisku tipis, namun bibirku tebal. Aku sering dihina. Aku sering jadi bahan cemoohan banyak orang, termasuk teman-teman di sekolahku. Ya, akulah si gadis buruk rupa.

Aku benci cermin. Sangat membencinya.
Dua tahun lalu, aku mencoba bunuh diri karena sudah tidak tahan dihina. Aku pecahkan cermin yang ada di meja rias kamarku. Aku ambil satu pecahan, lalu aku sayatkan ke nadiku. Aku lihat darah segar mengalir dari lengan kiri ku. Aku mulai hilang kesadaran, pandangan ku pun mulai kabur. Samar-samar aku mendnegar suara Emak. Memanggil namaku, berlari ke arahku, dan ya... aku tidak tahu lagi apa yang terjadi kemudian..

Aku benci cermin. Sangat membencinya.
Itulah alasanku membenci cermin. Kini, lengan sebelah kiriku harus mengalami kecacatan. Infeksi membuat lenganku harus diamputasi. Aku, sudah buruk rupa, cacat pula. Siapa yang mau berteman denganku? Tidak ada!!! Tiap malam aku bercakap dengan bulan dan bintang. Aku mau seindah mereka. Tapi, semua sia-sia. Karena, aku terlahir dengan keadaan seperti ini. Tak punya kecantikan dan keindahan, bahkan teman pun tidak. Hanya sendiri aku di bangsal ini. Sesekali dokter dan suster masuk, hanya untuk mengecek keadaan ku.

Aku benci cermin. Sangat membencinya.
Jauhkan cermin dari diriku. Atau, jika kamu nekat memberikan cermin padaku, akan kusulap hidup mu menjadi seperti aku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar