Sabtu, 23 Juni 2012

A Story from Village - Day 1

Udara sejuk, sawah yang terbentang luas, gemericik air sungai, minim polusi udara, dan suasana akrab satu sama lain antar warga adalah hal langka yang aku temui di kota besar. Termasuk kota ku tinggal saat ini.
(dari kiri ke kanan) Anne, Aku, Nesha, Vindy, dan Amink

Aku merasa sangat nyaman berada di tempat ini. Sebuah desa di provinsi Jawa Barat yang bisa ditempuh sekitar 5 jam dari Jakarta menggunakan mobil. Dan, disinilah petualanganku menyusuri serta mencoba lebih dekat dengan desa ini dimulai. Tapi... aku tidak sendiri. Ada 4 orang temanku yang juga turut serta. Mereka adalah Vindy, Amink, Nesha, dan Anne. Kami berpetualang selama 2 hari 1 malam di desa Kaca-Kaca Dua. Dan, inilah sekilas perjalanan serta petualangan kami disana.

Selesai berkunjung dari rumah Bapak RT


DAY #1

Di hari pertama, sejenak kami beristirahat dari perjalanan panjang. Lalu, kami langsung menuju ke beberapa rumah warga desa, lebih tepatnya mereka yang punya peran di desa tersebut. Ada RT, RW, dan beberapa aktivis setempat. Tujuannya hanya satu, memperkenalkan diri sebagai tamu di desa tersebut. Tapi, kami tidak hanya berlima untuk berkunjung ke rumah-rumah warga. Kami ditemani seorang bapak yang sangat baik hati. Namanya Bapak Anton. Kami sudah mengenalnya 2 minggu sebelum kami berangkat ke desa itu. Kami mengenalnya karena beliau adalah seseorang yang bisa menghubungkan kami dengan pihak desa terkait dengan sebuah project yang akan kami lakukan di desa Kaca-Kaca Dua. Selain hubungan kerja, kami sudah menganggap Bapak Anton seperti sahabat sendiri. Sikapnya yang ramah dan sigap membantu membuat kami merasa beruntung bisa mengenal beliau.

Kunjungan ke rumah Bapak RW
Kunjungan kami akhiri ketika mendengar Adzan Maghrib. Kami kembali ke tempat penginapan. Oh iya! Bicara soal tempat penginapan, kami bukan menginap di hotel ataupun villa. Kami menginap di rumah milik Bapak Anton yang juga merupakan warga desa setempat. Rumah yang kami tempati adalah rumah yang sudah tidak dipakai lagi. Ukurannya kira-kira 4x4 meter. Buat kami, tempat ini sudah sangat bisa menjadi tempat berlindung dari dinginnya udara gunung dan pedesaan. Tentu saja, kami sangat berterima kasih pada Bapak Anton.
Aktivitas di malam hari kami lanjutkan dengan makan malam bersama. Lauk sederhana berupa oseng-oseng tahu, sambal, lalapan, ikan asin, dan nasi merah menjadi menu santap kami malam itu. Nikmatnya sungguh luar biasa. Makan malam kami selingi dengan obrolan ringan antara kami berlima dengan Bapak Anton smabil sesekali tertawa karena cerita lucu yang terlontar. Sungguh sangat terasa suasana akrab kami malam itu.

tempat kami menginap
Selesai makan, kami pun beristirahat sejenak sambil bermain dengan beberapa anak-anak yang tinggal di sekitar tempat kami menginap. Kami bermain sambil belajar. Menyenangkan sekali rasanya bisa lebih dekat dan akrab dengan warga desa disini. Aaaah... jarang sekali aku merasa nyaman seperti ini, merasa hangat di tengah udara dingin yang menusuk kulit, dan hanya ada canda, tawa, dan sorak gembira diantara kami malam itu.

Hari pertama kami hampir selesai. Pukul 22.00 kami memutuskan untuk beristirahat. Masih banyak aktivitas yang harus kami lakukan besok. Rumah pun kami kunci dan kami semua akhirnya terlelap. Dinginnya udara malam hari itu membuat kami menutupi sekujur tubuh dengan selimut dan jaket. Beruntungnya Amink karena siaga dengan membawa sleeping bag. Biarpun dingin, kami akhirnya tertidur pulas juga. Dan, kami siap hadapi hari esok.





Selasa, 12 Juni 2012

REFLEKSI DIRI : Mengapa dan Untuk Apa Saya Disini?

Refleksi diri malam ini (12 Juni 2012) adalah tentang masa depan saya terkait kuliah yang sedang saya jalani saat ini. Ya, sebenarnya sudah sejak awal memasuki masa kuliah, saya terus bertanya, "kenapa saya memilih jurusan ini?" Pertanyaan itu ternyata terus berlanjut sampai saat ini, saat saya sudah menginjak semester 4.

Jujur saja, ilmu ini bukanlah minat saya. Bahkan, terpikirkan pun tidak. Saya juga tidak memiliki gambaran atau bayangan akan jadi apa saya nanti setelah lulus? atau gampangnya, apa yang akan saya lakukan setelah lulus? Semua pertanyaan itu berkecamuk di dalam batin dan pikiran saya. Kadang, disaat saya sedang berada "dibawah", yang muncul hanyalah rasa pesimis dan takut. Ya, saya takut akan masa depan saya.

Saya takut mengecewakan Ibu dan Bapak dalam hal akademis di kuliah saya. Saya takut tidak mampu menyelesaikan pendidikan sarjana selama 4 tahun. Saya takut jika Ibu dan Bapak harus terus menerus mengeluarkan biaya untuk kuliah yang harganya selangit. Saya takut untuk menjalani suatu hal (pekerjaan) yang bukan menjadi passion saya. Karena, percayalah, saya tidak akan total dalam menjalani nya. Saya takut, hal itu akan menjadikan saya manusia paling tidak tahu diri, karena sudah (bahkan hampir selalu) menyusahkan kedua orangtua namun tidak bisa memberikan kebahagiaan untuk mereka.

Berusaha untuk tetap bertahan adalah hal yang saya lakukan sampai detik ini. Saya sama sekali tidak ingin mengeluh. Karena, saya merasa keluhan itu hanya akan membuat beban hidup semakin berat dan mencerminkan kelemahan dalam diri. Saya tidak mau dan tidak suka akan hal itu. Tapi, keadaan memaksa saya untuk mengeluh. Bahkan, hampir setiap hari. Saya mengeluhkan beban kuliah yang semakin berat. Saya mengeluhkan kemampuan akademis saya yang hanya pada angka rata-rata. Saya mengeluhkan mengapa saya ada disini?

Mengapa saya ada disini? Pertanyaan itu terus muncul dalam benak saya. Bahkan, kini ada lagi satu pertanyaan yang masih belum bisa saya temukan jawabannya. Untuk apa saya ada disini? Karena, ada ketakutan dan keraguan yang saya rasakan saat ini akan masa depan saya.. Tuhan, saya takut :(