Senin, 15 Oktober 2012

A Kind of Stranger Feeling

Semester 5 menjadi sebuah semester yang cukup, bahkan sangat berat buat saya.
Saya merasa kehilangan passion dalam menjalani semester ini. Seringkali saya cenderung flight ketika rasa malas menyerang keinginan untuk saya belajar.

Ya, saya jenuh.

Saya jenuh dengan semua rutinitas yang melelahkan. Saya bosan untuk menjalani aktivitas harian dengan pergi ke kampus di pagi hari dan kembali ke rumah pada malam harinya. Saya jenuh untuk terus mengerjakan paper, baik itu kelompok ataupun individu. Saya jenuh, bosan, malas dengan semua rutinitas ini. Pertanyaan saya saat ini cuma satu : mampukah saya melewati semuanya dengan hasil akhir yang baik nantinya?

Saya pun coba untuk merefleksikan diri. Entah kenapa hasil refleksi justru "menggantung". Di satu sisi, saya ingin bisa menunjukkan prestasi akademis yang baik dengan mendapat IPK diatas 3.5, lulus 4 tahun menjadi S.Psi, mendapatkan beasiswa Pascasarjana di luar negeri (anyway, US is my dream please), dan memiliki gelar yang cukup panjang di balik nama saya. Lalu, dilema itu muncul karena saya berada di antara satu sisi lainnya.

Sisi lain tersebut adalah saya ingin menjadi seseorang yang bisa menjalani kehidupan secara "normal". Satu aspek yang membuat saya merasa hidup bisa dijalani dengan "normal" adalah ketika memiliki pasangan. Honestly, I do really want to have a boyfriend. And my age is now turn to 21, my parents often ask me about "where's you bf?", "when will you show him to us?". 

But, since my nephew got married about a few months ago, my big family almost always asking me the same question. BOYFRIEND. I don't know how to say it to them that looking a boyfriend is not a really easy thing to do. Instead of that, I guess it's easier to do statistic or math. I feel like they don't really know my feeling when I got that question. And the hardest part is to answer it. 

Nah! So, the point is : Saya sangat ingin menunjukkan prestasi gemilang di akademis demi nama baik keluarga (I mean my parents and my 'lil brother), TAPI, saya juga ingin fokus untuk mencari pasangan. Pasangan hidup lebih tepatnya.

Saya bukan seorang perempuan yang baik dalam multitasking. I know it's sounds weird, but this is the fact. Saya harus menjalani suatu hal secara fokus dan ketika mendekati garis akhir, barulah saya bisa memulai pekerjaan lainnya. Jadi, saya merasa harus memilih satu diantara dua pilihan itu untuk dijalani terlebih dahulu.

Kembali satu pertanyaan muncul lagi : Apakah saya normal untuk mengalami masa ini?

Rabu, 10 Oktober 2012

PELATIHAN... Y U SO MAKE ME CONFUSE? :""(

PELATIHAN.....

entah apa yang membuat gue merasa kurang bisa mengerjakan tugas di mata kuliah ini.. Tugas nya CUMA SATU!

YA.. CUMA SATU..

TAPI.. sulitnya engga cukup dirasain satu jam, satu hari, atau satu minggu.. SUSAH NYA AMPYUUUN! :""""""""(

Oke.. gue sampe lupa ngejelasin apa tugasnya, ya?

bikin modul pelatihan

nah itu, tugasnya.. simple kan? "....keliatannya.."

karena, susahnya bukan main.. gue sempet sampe di level engga peduli sama sekali.. kelompok gue pun lelah.. karena, kami beneran engga paham.. sedih ya?

perasaan nih.. gue dan kelompok gue udah coba untuk mengikuti cara, petunjuk, serta prosedur yang benar tentang berbagai tahap dalam membuat modul. tapi.. kenapa? WHY GOD WHY??????

kita tetep STUCK!

Nah, sekarang udah mau uts..
Tugasnya mengumpulkan modul..

Harapan gue engga muluk-muluk deh seriusan..
Gue cuma pengen lulus semua mata kuliah di semester ini..

Karena.. gue sempet berpikir bahwa gue akan engga lulus.. (AMIT-AMIT!!!!!!!)

Nah, sekarang, gue coba bangkit.. coba bangkit.. hemmmm!

Rabu, 03 Oktober 2012

52 tahun Mengarungi Samudera Kehidupan

3 Oktober 2012

Pagi ini, saat aku membuka mata, yang pertama terlintas di pikiran adalah "Hari ini bokap ulang tahun!"
Aku pun beranjak dari tempat tidur dan membangunkan Ibu serta adik yang masih terlelap. Dengan penuh semangat aku mengatakan pada mereka "Ayoooo telpon Bapak! kan hari ini Bapak ultah!!!"

Mereka pun bangun dan kami bertiga sama-sama menuju pesawat telepon. Ibu angkat gagang telepon dan menekan nomor handphone Bapak.

"Halo" kata suara di seberang, yaitu Bapak.

"Pak.. selamat ulang tahun yaaa.." kata Ibu ku dengan setengah berteriak. Penuh semangat dan kegembiraan.

Aku dan adikku yang ada di belakang Ibu ikut berteriak untuk mengucapkan "Selamat ulang tahun, Paaaaak!". Lalu, Ibu memberi kesempatan kepada kami berdua untuk berbicara langsung pada Bapak. Senang rasanya mendengar suara Bapak di telepon dan bisa memberikan ucapan selamat atas bertambahnya usia Bapak.

---------------------------------------------------------------------------------------------

sumber gambar : www.flickr.com
Ya.. Hari ini Bapak berulang tahun yang ke-52.
52 tahun mengarungi samudera kehidupan yang penuh lika-liku. Ada sukacita yang membuat Bapak merasa beliau adalah ayah sekaligus suami paling bahagia di dunia ini. Namun, tak jarang, badai menghampiri Bapak. Membuat Bapak harus berusaha tetap survive untuk melewatinya. Melewati badai agar nantinya kembali bisa melihat cerahnya kehidupan. Karena, beliau percaya bahwa badai pasti berlalu.

Bapak adalah sosok yang keras, tapi juga humoris. Seringkali, ketika ada di rumah, Bapak bercanda dengan kami semua (Ibu, aku, dan adik). Tak jarang, kami habiskan waktu dengan mengobrol sambil menikmati secangkir teh manis hangat di meja makan. Namun, ya, Bapak orang yang cukup keras. Ketika beliau mengatakan "A", maka haruslah "A". Mengajarkan kami (aku dan adik)untuk tetap teguh memegang prinsip dan bertanggung jawab terhadap pilihan yang kami pilih.

Pekerjaan Bapak saat ini menuntutnya hanya bisa pulang di hari Minggu saja. Kemudian, di Senin pagi harus bekerja lagi, meninggalkan rumah selama 6 hari. Namun, lewat pekerjaan yang dijalani Bapak saat ini, beliau mengajarkan aku untuk terus berusaha keras. Serius dalam menjalani kuliah agar bisa lulus menjadi sarjana tepat waktu dan mengejar karir. Bapak juga mengajarkan pada aku dan adik mengenai kesederhanaan dan tidak memboroskan uang untuk sesuatu yang hanya menjadi keinginan bukan keperluan.

52 tahun sudah Bapak merasakan manis dan pahit kehidupan. Selama itu pula, Bapak terus belajar. Belajar untuk semakin memperbaiki dan mendewasakan diri. Bapak pun terus berusaha sampai detik ini untuk menjalankan tugas tanggung jawabnya sebagai seorang ayah dan suami bagi keluarga ini.

sumber : www.google.com
Terima kasih, Tuhan Yesus untuk satu tahun lagi usia yang Kau tambahkan untuk Bapak.Terima kasih karena Kau terus pimpin, lindungi, dan berkati Bapak. Terima kasih karena Kau berikan sosok yang begitu keras, namun humoris dalam keluarga ini. 
Bapak.. selamat ulang tahun. Semoga panjang umur, sehat selalu, dan semakin sukses. Bukan hadiah mahal yang bisa aku berikan. Hanya lewat doa dan tulisan ini semua harapan untuk Bapak aku ucapkan. Terima kasih untuk kasih sayang, nasihat, dan pelajaran kehidupan yang Bapak ajarkan untukku. Aku, Ibu, dan Adik sangaaaaaaat menyangi Bapak :)


Senin, 01 Oktober 2012

I'm so Sorry, my Brother :"(

Maafin kakak ya dek tadi udah bentak dedek di telpon. Maafin karena udah buat dedek marah. Maafin karena udah ngomong gak sopan di telpon.

Jadi, begini ceritanya.
Tadi siang selesai kelas Mettes, gue beranjak ke Foodcourt Plaza Semanggi untuk ngerjain tugas kelompok Pelatihan. 

Singkat cerita, gue pun merasa haus dan akhirnya pergi ke Giant untuk beli sebotol gede (baca : 1,5 liter) air mineral. Karena, gak akan cukup kalo hanya botol sedang yang 600 ml itu. Di perjalanan gue kembali ke Fodcourt, hape gue bergeter.

HOME calling..

Gue angkat dan ada suara adek gue diseberang telepon sana. Gue pikir, dia bakal nanya "mau pulang jam berapa?" , "bareng ibu apa engga?", atau apalah gitu. Eh, gak tau nya dia nanyain charger laptop ada dimana. Jujur aja, gue lupa banget naroh dimana. Karena, yang gue inget, semalem udah gue beresin dan jujur gue lupa taroh tuh charger dimana. 

Nah, karena setiap gue sebutin sudut tempat adek gue bilang gak ada, gue emosi. Emosi tingkat dewa yang akhirnya bikin gue menaikkan nada bicara gue. "Yaudahlah dicari sendiri kenapa sih? Gue juga masih ngerjain tugas ini."

TUT.. TUT.. TUT..

Suara telpon keputus. 

Adek gue engga komentar apa-apa dan hanya mematikan sambungan telepon begitu saja. Gue pun kesel. Tapi, gak sampe 5 menit, gue justru merasa menyesal. Menyesal karena udah bentak adek gue dengan seenaknya. 

Yah.. akhirnya, gue minta maaf sama adek gue. Gue coba basa-basi dulu via twitter. Dan, DIBALES! Gue seneng banget. Meskipun, pas sampe rumah, dia masih keliatan marah sama gue.

Sekali lagi, maafin kakak ya dek..