Rabu, 13 Maret 2013

Fire Wings that Make Our Day!

Siang ini, selepas kuliah, aku dan kelima teman mendatangi sebuah pusat perbelanjaan (mall) di bilangan Blok M. Kami berencana untuk makan siang disana, sembari mencoba sebuah program promo bagi kalangan mahasiswa. Kami pun pergi bersama-sama dengan menggunakan mobil dari salah seorang teman, yaitu Tesar.

Toyota Yaris hitam pun melaju membelah jalanan ibukota. Untung saja, siang itu hari tidak terlalu panas dan lalu linta tidak terlampau padat. Sehingga, tidak sampai 30 menit, kami sudah tiba di parkiran Plaza Blom M. Kami semua pun lalu turun dari mobil dan bersama menuju ke restoran cepat saji yang letaknya ada di Foodcourt.

Setelah tiba, kami pun memesan makanan sesuai keinginan kami. Ada yang menggunakan program promo tersebut, namun ada juga yang menambahkan menu lain seperti sup. Aku dan Donna memutuskan untuk makan sepiring berdua karena jujur saja, aku belum terlalu lapar. Tapi, tidak bagi Tesar, Arnold, Cenna, dan Andi yang masing-masing memesan seporsi ayam dan nasi serta minumannya.

Pilihan kami semua jatuh pada menu yang diberi nama Fire Wings. Dari namanya, sudah jelas makanan yang disajikan adalah sayap, tepatnya sayap ayam. Warna dari makanan ini hitam pekat, hampir sama seperti warna hitam dari kecap manis. 3 potong sayap dan sebungkus nasi putih menjadi menu makan siang kami saat itu. Namun, yang membedakan adalah level dari fire wings yang kami pesan.

Yap! Menu ini memiliki satu keunikan, yaitu level atau tingkat ke-pedas-an dari sayap ayamnya. Mulai dari level 1 yang disebut beginner (well, aku pikir rasanya memang tidak pedas, bahkan tidak pedas sama sekali mungkin). Lalu, lanjut ke level 2 dan 3 yang diberi nama medium dan hot. Kemudian, ada level 4 yang jelas rasanya lebih pedas dari level 3. Terakhir, ada level 5 yang merupakan tingkatan paling tinggi yang aku yakinin rasa pedas nya pasti supeeeeer dahsyat!!

Ternyata, kami berenam memiliki reaksi yang berbeda-beda selama memakan fire wings tersebut. Ada Arnold yang bercucuran keringat, namun tetap asyik menikmati sayap ayam sensasional tersebut. Lalu, Andi, satu-satu nya dari kami yang memesan fire wings level 5. Ditambah lagi, entah memang sengaja atau hanya sekedar untuk penambah rasa pedas, ia masih menambahkan saus sambal di piringnya. Jelas saja, selama makan, Andi tidak banyak bicara. Ia pun bercucuran keringat dan bibir nya langsung memerah. Lalu, datanglah Cenna yang paling terakhir memesan makanan. Baru dua gigitan pertama saja, keringat langsung mengucur dan kedua matanya berair.

Kami pun tertawa terbahak-bahak melihat reaksi yang muncul dari sayap ayam sensasional ini. Pedas nya bumbu dari fire wings ini membuat kami sejenak melupakan berbagai tugas kuliah yang masih menumpuk. Meskipun aku secara pribadi merasa kalau terbahak-bahaknya tawa kami mengundang perhatian pengunjung lain, tapi aku tidak peduli. Toh kami tidak menganggu dan ya hal ini sangat terjadi tanpa kami rencakan sebelumnya. Aku pun sampai pada satu kesimpulan bahwa dinamakan fire karena memang sensasi after taste dari memakan sayap ayam ini adalah lidah dan tenggorakan yang rasanya seperti terbakar! waw!