1 kata yang bermakna besar bagi sosok public figure. Tanpa fans, para public figure ini tiada artinya. Tak jarang, untuk semakin menambah angka fans-nya, para artis tak jarang membuat berbagai acara semacam meet and greet atau ucapan syukur ulang tahun bersama para fans yang biasanya tergabung dalam sebuah fans club.
Bagi saya secara pribadi, menjadi seorang fans memang terkdang butuh perjuangan untuk bisa menemui artis yang diinginkan. Terlebih lagi jika sosok yang menjadi idola kita adalah sosok public figure yang padat jadwal. Bukan hal yang aneh jika melihat banyak pria berbadan atletis menjadi bodyguard untuk keamanan dan kenyamanan si artis.
Namun, saya merasa tertarik dengan para fans dari salah satu klub sepakbola di Indonesia. Tertarik disini bukan berarti saya ingin menjadi seperti mereka. Namun, saya merasa ingin tahu lebih dalam, apa yang membuat mereka bisa bertindak seperti itu.
Gambaran seperti inilah yang menarik perhatian saya. Selepas pertandingan usai, biasanya para fans yang menamai diri mereka Jakmania ini turun ke jalan untuk BM alias berentiin mobil.
Jujur, saya miris melihat keadaan seperti ini. Beberapa kali saya melihat secara langsung ketika pulang kuliah dan melintasi jalur di sepanjang jalan menuju lampu merah Slipi. Mayoritas dari mereka adalah anak-anak dengan kisaran usia sekolah dasar atau sekolah menengah pertama.
Saya pun bertanya-tanya "apakah orang tua mereka mengijinkan?" "apakah mereka memikirkan keselamatan dari diri mereka sendiri?" Dua dari banyaknya pertanyaan di benak saya yang ingin sekali rasanya di suatu kesempatan saya bisa mewawancarai mereka yang bangga dengan aksi turun jalan menggunakan kostum oranye ini. Saya ingin tahu, apa motivasi mereka sampai rela pulang malam, teriak-teriak, dan yang paling miris adalah melakukan aksi "brentiin mobil".
Sedikit sharing..
Tanpa pikir panjang, pak supir pun melaju dengan kencang dan memasuki jalanan tol. Saya pun semakin tidak percaya dengan hal yang saya lihat. Mereka yang juga berkostum oranye, melompati pagar yang menjadi pembatas antara jalanan biasa dengan jalan tol. Mereka memanjat, lompat, dan dengan berani berusaha memberhentikan bis atau truk yang melintas. Apa mereka sudah kehilangan akal sehatnya? Bagaimana kalau mereka sampai celaka? Toh keluarga mereka juga kan yang pada akhirnya repot.
Hal lain yang menarik perhatian saya adalah saat itu mereka yang berada di dalam bis dan yang diluar bis saling mengejek. Padahal, mereka menggunakan warna kostum yang sama. Artinya, mereka mendukung tim yang sama. Namun, mengapa mereka saling melontarkan kata-kata kasar yang buat saya, hal itu tidak pantas diucapkan oleh anak-anak seusia mereka.
Ada satu slogan yang beberapa kali saya dengar dan saya lihat di kaos mereka, yaitu 'Lo Asik Gue Santai. Lo Usik Gue Bantai". Wow! Apakah ini sebuah slogan yang menjadi bentuk "kegarangan" agar orang-orang tidak sembarangan dengan mereka?
Kembali pada pengalaman saya. Setelah melewati jalan tol dan akhirnya keluar di pintu tol keluar arah Slipi Jaya, semua Jakmania yang berada di bis yang sama dengan saya akhirnya turun. Sang pemimpin yang turun duluan mengintruksi kan teman-teman nya untuk turun juga. Mereka kemudian berteriak "makasih bang! kita bukan orang tangerang". Heemm.. baiklah. Setidaknya mereka tahu terima kasih. Yang pasti, mereka naik bis ini dengan gratis dan saya agak heran dengan si pemimpin yang mengatakan "woi! kita numpang! jangan ada yg duduk! gue juga gak duduk"
Mana yang anda suka?
fans yang bertindak anarkis dengan alasan "mereka sangat mencintai idola nya dan tidak rela kalau idolanya kalah"
atau
fans yang bisa menerima kekalahan idola nya dan memiliki korrdinasi yang baik antar anggota fans club?