Sabtu, 24 November 2012

Call Me a Pathetic Leader

Kenapa susah sekali rasanya untuk marah tidak dalam diam?
Selama ini aku hanya bisa marah dalam diam. Bersikap seolah-olah tidak terjadi apapun, tapi di dalam hati, aku merasa sangat marah.

Call me a pathetic leader! or anything..

Aku tahu, menjalani pelayanan tidak boleh lelah. Karena, kita bekerja bekerja di ladang Tuhan. Tidak ada gaji per bulan ataupun bonus akhir tahun. Tapi, pekerjaan ini akan menghasilkan sesuatu yang lebih dari itu. Uang pun tak mampu mengukur.

Tapi...
Aku hanyalah manusia biasa..
Aku juga punya kesabaran yang terbatas.
Aku punya perasaan yang bisa terluka saat ada yang melukainya.
Aku bisa marah saat ada yang membuatku marah dan kecewa.

Namun.. aku hanya ungkapkan semua itu lewat tangisan.
Aku bahkan hanya bisa menuliskannya di blog.
Aku menekan semua kekecewaan, kemarahan, dan kesedihan ku.
Aku seperti sebuah bom waktu yang suatu saat nanti, entah kapan pun itu, pasti akan meledak.

Aku menjalani pelayananku sebagai koordinator umur atau ketua di sebuah komisi.
Dan, aku tidak pernah merasa se-menderita-ini.
Aku capek!
Lelah!
Marah!

Semua pergi.
Satu per satu mundur.
HILANG!!!
Mulai dari yang merasa sakit hati pada satu pihak, sampai yang merasa semua yang ada di dalamnya adalah orang-orang munafik!

Aku engga pantas menjalani pelayanan ini. Akan lebih baik kalau aku bekerja "di balik layar".
Sudah berulang kali aku berfikir untuk mundur.
Meskipun, belum satu tahun aku jalani ini.

Semakin lama, tekadku semakin bulat. Semakin merasa yakin bahwa lebih baik aku mundur.
Aku bukan "yang terpilih".
Aku sudah gagal. Buat apa lagi aku terus dipertahankan dengan status "Koordinator Umum" atau "Ketua"?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar